Program Penjurusan SMAN 1 Pasuruan
SMAN 1
Pasuruan merupakan sekolah yang mendapat kesempatan untuk menerapkan kurikulum
2013 untuk pertama kali dalam proses pembelajaran. Tepatnya pada tahun 2013 kebijakan
pergantian kurikulum tersebut mulai dilaksanakan sehingga peserta didik baru
yang awalnya terbiasa dengan kurikulum KTSP semasa di SMP langsung dikejutkan
dengan adanya perubahan kurikulum tersebut ketika masuk di SMAN 1 Pasuruan. Kebetulan
pada saat itu saya adalah salah satu peserta didik baru di SMAN 1 Pasuruan.
Salah
satu yang berubah dari perubahan kurikulum ini adalah penjurusan dilakukan mulai
dari kelas 10. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, yang mana penjurusan dilakukan
ketika kelas 11. Ada dua pilihan jurusan yaitu MIA (Matematika dan Ilmu Alam)
dan IIS (Ilmu-Ilmu Sosial). Sehingga ketika pertama kali masuk kami--peserta didik
baru--langsung dihadapkan dengan serangkaian tes untuk menentukan di jurusan
manakah kami akan belajar selama 3 tahun kedepan. Saya pribadi sebenarnya ingin
berada di jurusan Bahasa, namun karena pada saat itu di SMAN 1 Pasuruan tidak
membuka kelas bahasa, jadi pada saat itu saya berpikir ingin berada di jurusan
IIS saja.
Tes yang dilaksanakan untuk menentukan jurusan diantaranya tes
akademik (berisi saol-soal materi SMP), tes IQ, dan tes kepribadian. Selain ketiga
tes tersebut peserta didik baru juga diberikan angket untuk menentukan jurusan
mana yang diinginkan, tentunya pada saat itu saya melingkari pilihan jurusan
IIS. Singkatnya pengumuman hasil penjurusan pun keluar, bersamaan dengan hasil
ketiga tes tersebut dibagikan. Banyak siswa yang kecewa dengan hasil yang
mereka terima, termasuk saya. Berdasarkan hasil dari ketiga tes yang telah
dilakukan, saya masuk ke jurusan MIA. Dan hal tersebut tidak bisa diubah. Apalagi
orangtua saya juga sangat mendukung ketika mengetahui saya masuk di jurusan
MIA. Maklum, pada saat itu pemikiran masyarakat selalu menganggap bahwa siswa
yang pandai-pandai selalu ada di jurusan MIA. Itu yang saya tidak bisa pahami
sampai sekarang.
Terlepas dari hal tersebut, kekecewaan yang sama juga dialami oleh
siswa lain yang ingin masuk jurusan MIA tetapi hasilnya mereka masuk di jurusan
IIS. Kebanyakan orangtua mereka sudah berekspektasi sangat tinggi, namun
hasilnya berkata lain. Misalnya saja ada orangtua yang ingin anaknya kelak
menjadi seorang dokter, namun pada saat penjurusan ternyata anaknya masuk di
jurusan IIS. Hal tersebut memicu para orangtua untuk melakukan tindakan curang
dengan mencoba ‘menyalami’ pihak sekolah. Hal tersebut dilakukan semata-mata
agar anak mereka bisa masuk ke jurusan MIA. Namun pihak sekolah menolak hal
tersebut dan memutuskan untuk melakukan tes ulang bagi siswa yang ingin masuk
ke jurusan MIA. Sehingga jurusan MIA bertambah satu kelas lagi.
Menurut saya pelaksanaan penjurusan di sekolah ini yang data
penilaiannya masih berdasarkan prestasi akademik ini kurang efektif. Seharusnya
penjurusan merupakan sarana bagi siswa untuk menyalurkan kemampuan dan minatnya
secara optimal, bukan sarana untuk menunjukkan kepintaran. Penempatan siswa
dalam jurusan seharusnya meninjau faktor lain selain kemampuan akademik saja. Sehingga
siswa lebih semangat dalam belajar dan menunjang peluang keberhasilan siswa di
masa yang akan datang menjadi lebih besar.
Komentar
Posting Komentar